MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
“Peradaban Islam Rasulullah periode Makkah 610-622 M”
Dosen
Pengampu :Muhammad Rikza Chamami M.Pd.
Disusun oleh :
Tasbichi
Iqwa (1603036080)
Hanun
Sakinah Khairunnisa (1603036081)
Zulfa
Mazidah (1603036082)
Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN
WALISONGO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, melalui perantara
malaikat Jibril dengan cara bertahap. Islam adalah salah satu agama mayoritas
di dunia ini. Islam dalam ajarannya
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT atau yang bisa diartikan Tuhan
Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah SWT.Serta
mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.Keduanya disebut dengan
syahadat.
Islam sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.Seiring berjalannya
waktu, Islam semakin berkembang ke berbagai penjuru dunia.Salah satunya pada
era Nabi Muhammad saat di Makkah. Pada saat di Makkah, Rasul menyampaikan
ajaran Islam atau bisa dikatakan sebagai berdakwah dengan berbagai tahap, dalam
hal ini dakwah Nabi Muhammad periode Makkah terbagi menjadi dua fase yaitu
dakwah sebelum kerasulan dan sesudah kerasulan.
Dalam makalah ini akan dibahas apa saja
yang terjadi pada peradaban Arab sebelum datangnya Islam melalui kehidupan
sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama bangsa Arab sebelum Islam. Dan
pembentukan sistem sosial di Makkah melalui pendidikan Islam yang diterapkan
oleh Nabi Muhammad SAW.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja yang
terjadi pada Peradaban Arab Sebelum Islam?
2. Apa saja yang
terjadi pada kegiatanDakwahNabi Muhammaddi
Makkah?
3.
Bagaimana dengan Pembentukan Sistem Sosial Di Makkah
?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Peradaban Arab Sebelum
Islam
a. Struktur Masyarakat di daerah Arab
sebelum kedatangan Islam
Masyarakat Arab sebelum datangnya Islam tidak
mengenal sentralisasi kekuasaan. Masing-masing kabilah memiliki pemimpin
kabilah (syaikh qabilah) ,dan memiliki hakim yang bertugas mengadili sesama
kabilah.
Dari aspek teritorial, jazirah arab atau semenanjung
Arabia terbagi menjadi dua kawasan, yaitu Pertama, kawasan tengah berupa gurun
dan bukit pasir serta pegunungan dimana penduduknya hidup secara nomaden yang
mengakibatkan masyarakat Arab tidak mudah mengembangkan kebudayaannya. Kedua,
kawasan pesisir yang ditempati penduduk kota yang hidup dengan berdagang dan
bertani.[1]
Ditilik dari silsilah keturunan para sejarawan
membagi bangsa Arab itu menjadi tiga bagian :
1. Arab Ba’idah yaitu kaum Arab terdahulu
yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplet, seperti ‘Ad,
Tsamud, Judais, Amaliq.
2. Arab Aribah (penduduk asli) yaitu kaum
Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qathan atau disebut
pula Arab Qathaniyyah.
3. Arab Musta’ribah (pendatang) yaitu kaum
Arab yang berasal dari keturunan Ismail yang disebut pula Arab Adnaniyyah.[2]
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra Islam dikenal dengan sebutan
zaman jahiliyah.Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap
kebenaran.Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat
senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan
dan masih banyak lagi pelanggaranpelanggaran yang terjadi pada masa itu.Mereka
tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam.Kaum wanita
dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum
pria.Mereka belum memiliki tatanan kehidupan sebagai bangsa berperadaban,
dengan alasan mengikuti nenek moyang mereka tanpa mengetahui mana yang baik dan
buruk.[3]
b. Keagamaan Bangsa Arab sebelum Islam
Agama yang telah dianut oleh bangsa Arab sejak lama
yaitu agama hanif (agama samawi yang
diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) yang dalam perkembangannya telah
bercampur dengan tahayul dan penyukutuan Tuhan dengan lainnya. Mereka juga
menyembah berhala, matahari, bulan, roh, hantu, jin. Kepercayaan mereka yang
menyimpang dari agama Ibrahim itu disebut kepercayaan Watsaniyah.Tetapi tidak semua masyarakat Arab sebelum Islam
berkeyakinan Watsaniyah, karena beberapa diantaranya ada yang menganut agama
Yahudi dan Nasrani.
Sementara di kawasan jazirah Arab Utara bangunan
yang paling terkenal adalah Ka’bah.Ka’bah dihormati dan disucikan oleh semua
kabilah yang menganut agama apapun.[4]Sebenarnya
masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Allah, tetapi mereka
terkontaminasi pada pemujaan berhala, sehingga mereka menjadikan berhala itu
sebagai perantaranya. Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an :
“Kami
tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) agar mereka (berhala-berhala itu)
mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Menurut riwayat Ibnu Khalbi dalam kitab al-Ashnam,
perubahan kepercayaan itu terjadi kaena adat bangsa Arab untuk membawa batu
yang diambil dari sekeliling Ka’bah bila mereka meninggalkan kota Makkah,
mereka memujanya sebagaimana mereka melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah.[5]
c. Kebudayaan Bangsa Arab sebelum Islam
Perang adalah jalan yang paling mudah bagi
kabilah-kabilah bila timbul perselisihan yang tidak mudah diselesaikan dengan
cara terhormat. Peristiwa perang antar kabilah Arab itu diabadikan dalam banyak
gubahan syair atau puisi dengan maksud untuk membangga-banggakan kabilah satu
terhadap kabilah lain. Bangsa Arab adalah bangsa pecinta syair, syair-syair dan
prosa tersebut pada awal Islam dihimpun secara tertulis pada abad II H/VIII M.
dengan syair dapat meninggikan derajat seseorangnya yang tadinya huba atau
sebaliknya menghina orang yang tadinya mulia.
Bentuk tradisi Arab pra Islam yang mengandung
informasi sejarah lainnya adalah al-Ansab
(jamak dari nasab : silsilah/geneology). Pengetahuan tentang nasab dianggap
penting, setiap kabilah hafal akan silsilahnya agar dapat dibanggakan terhadap
kabilah-kabilah lain.[6]
Makkah muncul sebagai pusat kota karena lokasi yang
berada di sepanjang rute perdagangan yang membentang dari Arabia Selatan sampai
Utara yang menjadi lalu lintas perdagangan. Di Makkah ini juga terdapat Ka’bah
sebagai pusat peribadatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
peradaban bangsa Arab pra Islam sangat tinggi dan telah mengalami kemajuan
pesat diberbagai bidang.Namun sayangnya pada saat itu masih dikatakan
jahiliyah. Hal itu didasarkan karena pada saat itu terdapat kebiasaan-kebiasaan
buruk, antara lain:
1.
Kebiasaan membunuh anak perempuan karena beberapa alasan yaitu takut lapar,
malu, dan fisik perempuan yang lebih lemah daripada laki-laki; yang dimana
menurut mereka akan mengurangi pengaruh kabilahnya dalam percaturan dunia,
penghambat pembangunan dan semua itu adalah aib bagi mereka maka harus ditutupi
dan kalau perlu dibuang.
2.
Kebiasaan berperang yang dapat membangun watak yang mudah curiga dan ambisius
yang dimana jika dipertahankan persatuan bangsa Arab akan sulit tercapai.
3.
Kebiasaan menyembah sesuatu buatan mereka sendiri seperti patung atau menyembah
matahari dan benda lainnya yang mempunyai kelebihan.[7]
d. Kehidupan sosial di Jazirah Arab
Bangsa Arab
mempunyai tingkat solidaritas dan perasaan kesukuan yang tinggi, hal ini
disebabkan karena di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi
yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan. Hanya
kabilah atau suku itulah yang berkewajiban melindungi warganya dan melindungi
orang-orang yang menggabungkan diri atau meminta perlindungan kepadanya dengan
mengikat warganya dengan ikatan darah (keturunan) atau ikatan kesukuan, dapat
diketahui dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di Yaman diantaranya yang
terpenting adalah kerajaan Qutban, Saba’ dan Himyar. Sumber kekayaan mereka
berasal dari perniagaan , dan bentuk pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut
adalah monarki yang demokratis.[8]
e. Kehidupan politik bangsa Arab sebelum
Islam
Di masa jahiliyah menjelang kedatangan Islam pada
dasarnya terpecah belah , tidak ada kepemimpinan sentral dan tidak ada
persatuan. Kepemimpinan politik saat itu didasarkan pada suku-suku atau
kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain.[9]
Keadaan politik yang terjadi di wilayah sekitar
semenanjung Arabia pra Islam adalahadanya kekuasaan dua imperium/kerajaan yakni
pertama Imperium Romawi Timur di sebelah Baratdengan ibu kotanya Bizantine
(kemudian berubah nama menjadi
Konstantinopel) dan yang kedua imperium Persia di sebelah Timur. Romawi Timur mempunyai wilayah yang sangat
luas meliputi Syria, Palestina, Mesir, Turki , Afrika, Asia dan sebagian kecil
Eropa. Sistem pemerintahan yang dianut oleh imperium Romawi adalah monarkhi
absolute yang berkedok Republik. Sementara itu di sebelah Timur Jazirah Arab
ada imperium Persia (Sasania) mulai
dikenal pada 226 M dengan Kaisar Ardhesir sebagai pendirinya.
Hubungan antara imperium Romawi dengan imperium
Persia adalah hubungan rivalitas dimana peperangan tidak bisa dihindarkan
sehingga rakyat dari kedua imperium ini mengalami penderitaan yang
berkepanjangan.[10]
Sementara itu untuk mengamankan para peziarah yang
datang ke kota Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu
pemerintah yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu
Jurhum sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim)
sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke
suku Khuza’fah dan akhirnya ke suku Quraisy dibawah pimpinan Qushai.Suku
Quraisy yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan-urusan yang
berhubungan dengan Ka’bah.Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang
mendominasi masyarakat Arab.[11]
f. Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab
Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab dapatdiketahui
dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy.Perniagaan di masa
kerajaan Saba’ dan Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat. Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa
Habsyi , perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah tangan ke penduduk Makkah.
Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama dan
sumber yang terpenting bagi penghidupan mereka.[12]
2.
Dakwah Makkah Nabi Muhammad
Nabi Muhammad mulai berdakwah di Makkah, sebagai pusat peradaban bangsa
Arab sebelum Islam.Keadaan semacam itu dapat diselamatkan
dengan lahir dan tumbuhnya agama Islam di Jazirah Arab. Islam yang didakwahkan oleh Rasululllah
diharapkan akan membawa pada perubahan peradaban bagi bangsa Arab, sehingga
Islam akan menerangi peradaban jahiliyah yang berada dalam kegelapan.[13]
Pada bagian ini membahas mengenai upaya Nabi
Muhammad dalam berdakwah menyiarkan ajaran Islam di Makkah dalam kegiatan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan
dan dakwah beliau sesudah diangkat menjadi Rasul dan mendapat perintah
berdakwah secara terbuka di kota Makkah.
Dakwah
Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada hari
Senin 20 April 571 M/ 12 Rabiul Awal Tahun Gajah dari keturunan bangsawan kabilah Quraisy.
Nabi Muhammad diasuhkan kepada perempuan desa yang bernama Halimah Sa’diyah
.Setelah kurang lebih empat tahun dalam asuhannya, Muhammad dikembalikan kepada
ibunya. Selama dua tahun bersama ibunya, pada usia enam tahun Muhammad sudah
kehilangan kedua orangtua. Akhirnya beliau diasuh Ummu Aiman beberapa waktu
lalu pada kakeknya Abdul Muthalib tak lebih dari dua tahun. Setelah kakek wafat
Muhammad turut dalam keluarga pamannya, Abu Thalib hingga usia remaja.
Karena keadaanya yang miskin, Muhammad kecil
berlatih untuk bekerja mengembalakan biri-biri dan unta di bukit. Di usia kedua
belas tahun ia ikut pamannya berdagang ke Syria. Di usia 25 tahun beliau
membawa dagangan milik pedagang kaya raya bernama Khadijah binti Khuwalid yang
berusia 40 tahun ke Syria.
Kepandaiannya berdagang dan akhlaknya yang bagus
menjadikan beliau dikenal sebagai orang yang terpercaya. Menjelang penerimaan
misi rasul (bi’tsah) di usia 25 tahun Muhammad menikah dengan Khadijah.
Perkawinanya dengan Khadijah banyak membawa manfaat untuk pengembangan dakwah.[14]
Dakwah
Nabi Muhammad sesudah masa kerasulan
Keadaan masyarakat Arab Jahiliyah yang kafir dan
musyrik telah membuat Muhammad ketika memasuki usia 40 tahun dihantui rasa
keprihatinan. Beliau senantiasa mencari jawaban yang tepat untuk mengeluarkan
masyarakat dari kejahiliyan. Beliau berkhalwat di gua Hira pada Jabal Nur, yang
terletak sekitar 6 km disebelah timur laut kota Makkah. Di tempat itu beliau
mendapatkan jawaban dari Allah melalui malaikat Jibril dengan turunnya wahyu
yang pertama Surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan Muhammad untuk membaca
dengan atas nama Allah. Selang waktu kemudian beliau menerima perintah untuk
mendakwahkan agama Allah kepada semua manusia dimulai dari keluarga dan
masyarakat terdekat.[15]
Selang beberapa waktu Rasulullah menerima wahyu
kedua yaitu surah al-Muddatsir ayat 1-7.Setelah menerima wahyu yang kedua,
Rasulullah mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi kepada sanak keluarganya.Dalam
dakwahnya ini beberapa orang langsung menerima Islam. Mereka adalah isteri
beliau yakni Siti Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali Thalib, sahabat
beliau Abu Bakar, kemudian Zaid bin Harits dan juga Ummu Aiman, mereka adalah
orang-orang pertama yang masuk Islam.[16]
Setelah Rasulullah menjalani aktivitas dakwah secara
sembunyi-sembunyi selama beberapa
waktu lamanya kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan agar beliau melakukan
dakwah secara terang-terangan atau terbuka, yakni surah Al-Hijr ayat94 yang
berbunyi : “Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik”.Kemudian Rasulullah dengan keyakinan
yang mantap menyeru dan berdakwah kepada masyarakat umum secara terang-terangan
yang meliputi seluruhlapisan dan golongan baik bangsawan maupun hamba sahaya.
Di dalam melakukan dakwahnya di Makkah Rasulullah
memfokuskan pada dua bidang yang dijadikan sasaran yakni : pertama, pendidikan
tauhid yang merupakan fondasi paling dasar, karena pada saat itu masyarakat
jahiliyah di Makkah sudah terlalu jauh menyimpang dari ajaran tauhid yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim. Kedua, Rasulullah mengajarkan Al Qur’an kepada
umatnya secara utuh dan sempurna agar menjadi pedoman hidup bagi umat manusia
sepanjang zaman.[17]
Dakwah Rasulullah tidak berhenti sampai disitu saja.
Suatu hari ia melakukan dakwah secara terang-terangan dengan cara menaiki
Gunung Shafa. Beliau memanggil penduduk Makkah dan dikumpulkannya menjadi
satu.Rasulullah SAW berkata kepada mereka bahwa Makkah sudah dikepung oleh
sebuah pasukan yang sangat besar dan dari seluruh penjuru. Mendengar penuturan
Rasulullah SAW , penduduk Makkah cemas dan berbohong ketika berbicara.
Abu Lahab merupakan salah satu orang yang mendengar
seruan Rasulullah SAW ke Gunung Shafa. Namun Abu Lahab marah mendengar ungkapan
dan dakwah Rasulullah SAW hingga ia mengatakan seraya jarinya menunjuk ke
Rasulullaj SAW. “Celakalah engkau wahai Muhammad.Apakah hanya karena ini engkau
mengumpulkan kami?”Abu Lahab sangat yakin akan kebenaran ajaran yang dibawa
keponakannya itu, karena ia mengenal watak Rasulullah yang tidak pernah
berbohong. Namun, karena keegoisannya, ia pun lebih memilih sesuatu yang
terbaik menurutnya sendiri. [18]
Karena Allah SWT tidak ingin ada orang yang mencaci
dan mencela kekasihnya, Allah menurunkan surat balasan dari tindakan yang
dilakukan oleh Abu Lahab, yaitu QS Al-Lahab: 1-3
تَبَّتْيَدَا
أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبْ (١) مَا اَغْنَي عَنْهُ لُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَي
نَا رًا ذَا تَ لَهَبٍ (٣)
“Binasahlah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk dalam
api yang bergejolak. (QS Al-Lahab [111]:1-3)
3.
Pembentukan Sistem Sosial Di Makkah
Dalam membentuk sistem sosial di Makkah
pada saat itu Rasulullah melakukan
pembinaan umat di Makkah, ada dua bidang pokok yang beliau ajarkan yaitu
:
o Pendidikan tauhid
Intisari
pendidikan Islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid, karena tauhid merupakan
pondasi paling dasar dalam kehidupan. Terlebih lagi karena pada saat itu
masyarakat jahiliyah sudah banyak yang
menyimpang dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.
Pokok-pokok ajaran tauhid ini sebagaimana tercermin dalam
surat Al-Fatihah, yaitu sebagai berikut :
·
Bahwa Allah adalah
pencipta alam semesta yang sebenarnya.
·
Bahwa Allah telah
memberikan nikmat, memberikan segala keperluan dan bimbingan bagi makhluk-Nya
agar mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
·
Bahwa Allah raja
hari kemudian yang akan memperhitungkan segala amal perbuatan manusia di dunia
ini.
·
Bahwa Allah adalah
sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya.
·
Bahwa Allah adalah
penolong sebenarnya dan oleh karena itu hanya kepada-Nya lah manusia meminta
pertolongan.[19]
Menurut Muhammad Yunus dalam bukunya
Sejarah Peradaban Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam masa
Makkah ini meliputi :
a. Pendidikan keagaman yang menitik-tekankan pada pendidikan
tauhid. Hendaklah membaca nama dengan nama Allah semata-mata, jangan
mempersekutukan dengan yang lain.
b. Pendidikan akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian
manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti. Nabi selalu mengajarkan
sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan
kebersihan pakaian, badan, dan tempat kediaman.[20]
o Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber
pokok dari ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada umatnya agar
secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya menjadi warisan
secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslim
sepanjang zaman.
Rasulullah bersabda: “Aku tinggalkan dua perkara, apabila
kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu al-Qur’an
dan Sunnah.” Semua yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah
berdasakan Al-Qur’an.Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits, bahwa akhlak Rasul
adalah ajaran Al-Qur’an.Apa yang dicontohkan oleh Rasul adalah cermin isi
Al-Qur’an. Sehingga jika umat Islam berpegangteguh kepada Al-Qur’an dan Hadits
Nabi, maka mereka tidak akan tersesat.[21]
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Peradaban Arab sebelum datangnya Islam
melalui dapat dilihat melaui kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan
agama bangsa Arab.Dimana dalam berbagai aspek tersebut telah terlihat bahwa
bangsa Arab pada saat itu ketika Islam belum masuk pada daerah tersebut sudah
maju dan berkembang.Begitu pula dengan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam berbagai bentuk saat sebelum beliau memasuki masa kerasulan dan
sesudah memasuki masa kerasulan.Dan pembentukan sistem sosial di Makkah melalui
pendidikan Islam yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW.
v Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini
terdapat banyak kekurangan.Maka dari itu kami sangat memohon pemahaman atas
kekurangan ini.Dan agar segera berusaha memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada makalah ini, sehingga petunjuk untuk perbaikan sangat kami harapkan untuk
pembuatan makalah yang lebih baik selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015.
Hatta, Ahmad, The Great Story of Muhammad SAW, cet.ke-4, Maghfirah Pustaka,
Jakarta, 2014.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islan, Pustaka Riki Putra, Semarang, 2009.
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, CV Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015.
Khalid ‘Amr, Jejak
Rasul, A Plus Books, Yogyakarta, 2009.
Mubasyaroh. 2015Karakteristik Dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode Makkah, vol.3 , http://journal.stainkudus.ac.id , [20 maret 2017]
[1]Ismawati,
Sejarah Peradaban Islam, CV Karya
Abadi Jaya, Semarang, 2015, hlm.1-3
[2]Ahmad
Hatta, The Great Story of Muhammad SAW,
Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2014, hal.16
[3]Mubasyaroh,
Karakteristik Dan Strategi Dakwah
Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode Makkah. Jurnal STAIN Kudus. 2015
[4]Ismawati, op. cit,
hlm.5-8
[7] Fatah Syukur, op. cit, hlm.
20-21
[11]Fatah
Syukur, op. cit, hlm.24
[13]Mubasyaroh, Karakteristik Dan Strategi
Dakwah Rasulullah Muhammad Saw Pada
Periode Makkah. Jurnal STAIN Kudus. 2015
[14]Muslih,
op, cit. hlm. 45-48
[18] ‘Amr Khalid, Jejak Rasul, A Plus Books, Yogyakarta,
2009. Hlm. 140-142