Keagamaan


ADAB ATAU TATA KRAMA MAKAN


Bismillahirrahmanirrahim…



Assalamualaikum Wr. Wb.


Yang jawab saya doakan masuk Surga, Aamin. Oke, salam hangat untuk para pengunjung blog saya. Ini adalah awal daripada saya membagikan ilmu saya kepada anda semuanya. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik akan niat baikku ini dan di ridhoi olehNya, Aamin.



Oke, langsung saja, yang pertama saya akan bahas yaitu tentang Adab atau Tata Krama makan menurut Islam, yang ilmu ini saya peroleh dari belajar.






Apakah Makanan itu ?



Saya yakin 99% dari kalian pasti sudah tahu apa arti dari “Makanan” itu. Kalau  menurut saya pribadi, Makanan adalah sesuatu yang diperlukan makhluk hidup, entah itu manusia, hewan, maupun tumbuhan, untuk bisa bertahan hidup, Namun apakah kalian pernah menyadari, dari manakah “Makanan” itu berasal ?. Mungkin sebagian dari kalian menganggap bahwa Makanan dapat kita peroleh dari kita memasak sendiri, atau kita membeli dari penjual makanan. Anggapan itu tidaklah salah, namun kita harus yakin bahwa makanan yang kita peroleh itu berasal dari Dzat yang maha segalanya, yaitu Allah SWT. Dia lah yang memberi kita suatu Makanan yang sangat enak dan nikmat. Dia lah yang memberi kenikmatan akan Makanan yang kita makan. Kita memasak, dan masakan kita enak, itu berkat kehendak Allah. Apabila Allah tidak berkehendak, maka makanan yang kita masak tidak akan menjadi enak. Seorang penjual juga hanya merupakan sebuah perantara yang diberikan oleh Allah untuk kita apabila kita tidak bisa membuat makanan sendiri. Apabila Allah tidak berkehendak, maka kita tidak akan mendapatkan makanan dari penjual makanan. Bisa saja Allah membuat si penjual itu ada acara, jadi warungnya tutup, atau dagangan si penjual habis, atau yang lain sebagainya. Ingat, bahwa Allah Maha Segalanya guys !!


Oleh karena itu, setiap kita mendapati sebuah Makanan, yang harus kita lakukan pertama kali adalah mengucapkan kalimat Hamdalah “ALHAMDULILLAH”. Dengan begitu berarti kita berterimakasih kepada Allah yang sudah memberikan sebuah makanan untuk kita agar tetap sehat dan bisa menjalankan perintahNya dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun.






Mengapa kita harus menerapkan adab atau tata krama makan ?



Adab atau Tata Krama adalah suatu aturan atau perilaku yang harus kita terapkan dalam hal apapun sesuai dengan apa yang akan kita lakukan. Contoh kita bersekolah juga harus menerapkan Tata Krama yang baik, seperti menghormati sesama warga sekolah, saling menghargai satu sama lain, dsb. Dalam makan kita juga dianjurkan untuk menerapkan adab atau tata krama. Rasulullah Muhammad SAW sudah memberitahu tentang kita adab atau tata krama makan melalui hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat nabi. Salah satu haditsnya yaitu



 يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ



Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari dan Muslim)



Kita dianjurkan untuk menerapkan adab atau tata krama apabila kita makan karena dapat memberikan kenikmatan yang luar biasa nikmatnya untuk kita. Berikut adalah beberapa Adab atau tata krama saat makan:


1. Mencuci kedua tangan sebelum hendak makan.

Rasulullah mengajarkan kita bahwa sebelum hendak makan, kita dianjurkan untuk mencuci kedua tangan kita. Secara biologis, maksud dari mencuci tangan sebelum makan ialah agar terhindar dari penyakit akibat dari kuman yang hinggap di tangan kita sehabis melakukan aktivitas. Namun secara islam sendiri, mencuci tangan adalah agar kita senantiasa mendapatkan nikmat atas apa yang dikaruniakan oleh Allah SWT melalui makanan yang di beri olehNya. Denga kita mencuci tangan, maka berarti kita sudah mengamalkan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.


2. Meletakkan makanan di bawah dan duduk dibawah serta niat takwa kepada Allah SWT.

Arti meletakkan makanan di bawah ialah makanan yang hendak kita makan sebaiknya ditaruh di bawah atau dilantai. Dan arti duduk dibawah yaitu, kita duduk dilantai dimana makanan itu diletakkan. Setelah makanan di bawah dan kita sudah posisi duduk dibawah, yang dianjurkan selanjutnya kepada kita yaitu niat agar supaya kita termasuk golongan yang bertakwa kepadaNya.


3. Mengajak orang lain untuk makan bersama.

Sebagai sesama muslim, kita harus saling berbagi dalam hal kebaikan, salah satu contohnya yaitu mengajak orang lain sesama muslim untuk ikut makan saat kita hendak makan. Dengan begitu, kita sudah melakukan kebaikan.


4. Membaca Basmallah dengan nada yang keras dan jelas agar supaya orang lain dengar.

Dengan kita membaca kalimat basmallah dengan nada yang keras, maka orang lain otomatis akan dengar, keras bukan berarti teriak, melainkan kita meninggikan nada kita agar setidaknya orang lain mendengar. Fungsi nada tinggi pada saat kita mengucapkan basmallah ialah mengingatkan kepada orang lain yang mendengarkan agar supaya mereka juga mengucapkan basmallah saat mereka hendak makan.


5. Puas akan makanan yang ada dan tidak mencelanya

Puas berarti menerima apa adanya makanan yang ada di hadapan kita. Kita sebagai umat muslim harus bersyukur atas apa saja pemberian dari Allah SWT, apabila pemberian tersebut baik bagi kita, kita harus bersyukur dengan mengucapkan kalimat Hamdallah “Alhamdulillah”. Dan apabila kita mendapati pemberian yang tidak baik, maka kita tidak boleh keluh kesal, tapi yang harus kita lakukan yaitu menerima dengan hati ikhlas apa yang kita terima itu.


6. Makan menggunakan tangan kanan.

Tangan kanan adalah tangan yang spesial, karena Rasulullah sendiri mengajarkan kepada kita untuk selalu mendahulukan yang kanan saat kita hendak melakukan suatu hal. Seperti Memakai sepatu,  memakai baju, menerima dan memberi barang kepada seseorang, dan masih banyak lagi. Dalam hal makan, Rasulullah juga menganjurkan kita untuk memakai tangan kanan saat makan apabila tidak ada suatu yang menghalanginya, seperti tangan kanan kita buntung atau tidak ada, atau tangan kanan kita lumpuh, dsb. Apabila terjadi seperti itu, kita diperbolehkan memakai tangan kiri kita, atau menyuruh orang lain untuk menyuapi kita.


7. Memperkecil suapan dan mengunyah makanan sebaik-baiknya.

Suapan ialah makanan yang kita ambil menggunakan tangan atau sendok, memperkecil suapan berarti kita dianjurkan mengambil makanan secukupnya saja, tidak terlalu banyak. Dan mengunyah makanan juga harus yang sewajarnya. Sewajarnya itu maksudnya tidak berlebihan. Kadang ada seseorang yang mengunyah dengan keras sehingga nasinya pada jatuh, lah yang begitu itu yang tidak diperbolehkan. Dan pada saat kita mengunyah, sebaiknya mulut tetap tertutup. Itu lah yang diajarkan kakek dan guru ngaji saya


8. Tidak mengulurkan tangan ke tempat orang lain sebelum selesai makan.

Pada saat kita makan, kita dianjurkan tidak mengulurkan tangan ke tempat orang lain sebelum kita selesai makan. Maksudnya, kita tidak boleh usil mengambil makanan milik orang lain. Terkadang seseorang yang kurang puas dengan lauknya, ia berusaha mengambil milik orang lain. Hal tersebut tidak di perbolehkan, karena dapat menimbulkan permusuhan.


9. Makan yang ada didepannya, kecuali buah-buahan.

Kita dianjurkan untuk bersyukur atas apa saja pemberian dari Allah SWT, salah satunya yaitu makanan. Kita dianjurkan makan suatu makanan yang ada didepan kita saat itu, entah itu sayur, tempe, tahu, ataupun yang lain, kita harus makan dan bersyukur. Kita tidak boleh keluh kesal akibat makanan yang ada dihadapan kita tidak sesuai dengan selera kita. Seperti dihadapan kita ada tempe, namun kita mengeluh, kok tidak ada daging, kok tidak ada sate, dsb. Kalau kita begitu, berarti tandanya kita tidak mensyukuri apa pemberian dari Allah SWT.


10. Berhenti makan sebelum kenyang.

Terkadang kita pada saat merasa sedang lapar-laparnya, kita tidak membahas makanan apa yang kita makan, seberapa banyak kita makan, yang penting makan dan kenyang. Dalam islam, kita dianjurkan untuk berhenti makan sebelum kenyang, Rasulullah juga mengajarkan kita untuk “Makanlah sebelum lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang”. Hal itu mengajarkan kepada kita untuk tidak boros dalam menikmati apa saja pemberian dari Allah SWT.


11. Membasuh kedua tangannya setelah menjilati jari-jarinya dengan lidahnya dan mengambil makanan yang terjatuh.

Pada zaman dulu, seseorang makan belum memakai alat makan, seperti sendok, garpu Mereka masih memakai tangan untuk mengambil makanan atau dalam bahasa jawanya “Muluk”. Dalam islam, setelah kita makan dengan menggunakan tangan, kita dianjurkan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di jari-jari dan kemudian membasuh kedua tangan kita dengan air. Kalau memakai sendok, bukan berarti kita tidak harus membasuh kedua tangan. Kita harus tetap membasuh kedua tangan untuk membersihkan kuman-kuman yang ada di tangan. Selain itu, kita juga dianjurkan mengambil makanan yang terjatuh dilantai atau dimanapun. Tujuannya agar lingkup saat kita makan tetap bersih dan tidak ada sisa-sisa makanan yang berserakan.


12. Mengucapakan kalimat Hamdalah setelah selesai makan.

Saat kita selesai makan, kita dianjurkan untuk membaca kalimat hamdalah “Alhamdulillah” sebagai rasa terima kasih kita atas pemberian dari Allah yaitu berupa makanan yang telah kita makan. Bersyukur atas apa yang diberi olehNya supaya kita termasuk dalam hamba-hamba yang bertakwa kepasaNya, Aamin.


Itulah beberapa Adab atau Tata Krama makan menurut ilmu yang saya dapat. Semoga bisa bermanfaat untuk kalian semua yang sudah membaca artikel saya diatas. Semoga kita selalu dalam naunganNya dan selalu diberi hidayah olehNya, serta semoga kita termasuk orang-orang yang dilindungi oleh perlindunganNya, dan ditolong oleh pertolonganNya. Aamin..



ALHAMDULILLAHIRABBIL ALAMIN.



Wassalamualaikum Wr. Wb.






Tata Krama seorang Murid


Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kali ini saya akan membahas tentang Tata Krama seorang Murid. Saya sendiri juga statusnya masih pelajar ;) Oke para pelajar, selamat membaca ;)


Sebagai seorang murid harus selalu menjaga perilakunya, baik terhadap diri sendiri, temannya ataupun terhadap gurunya.  Apabila perilaku seorang murid baik kepada teman ataupun gurunya, maka murid tersebut akan disayangi oleh teman dan guru-gurunya. Sebaliknya, apabila perilaku seorang murid jelek terhadap teman atau guru-gurunya, maka teman dan guru-gurunya akan membenci seorang murid tersebut. Maka dari itu, seorang murid harus menerapkan Tata Krama seorang murid.


Di bawah ini adalah beberapa Tata Krama seorang murid:
A.      Tata krama terhadap dirinya sendiri

1.          Tidak bersikap sombong

Seorang murid hendaknya tidak memiliki sikap takabur atau sombong. Sikap takabur dapat mengakibatkan kita mendapat dosa, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang bersikap sombong.

2.          Bersikap Rendah Hati

Seorang murid harus memiliki sifat rendah hati. Rendah hati ialah sifat yang tidak membanggakan dirinya sendiri, tidak merasa dirinya yang paling benar. Sebagai seorang murid harus bersikap rendah hati kepada siapapun, baik guru, ataupun teman-temannya.

3.          Bersikap jujur.

Seorang murid harus selalu bersikap jujur akan segala hal apapun. Jujur dalam islam dikenal dengan sebutan Sidiq, yang berarti  jujur. Rasulullah mengajarkan kita untuk bersikap jujur kepada siapapun, supaya kita senantiasa dicintai dan dipercaya teman maupun guru-guru kita.

B.      Terhadap gurunya

1.          Yakin bahwa kebaikan gurunya lebih besar dari kebaikan ibu bapaknya.
          Mengapa seorang murid hendaknya yakin bahwa kebaikan gurunya lebih besar dari kebaikan ibu bapaknya? Karena, seorang guru mendidik rohaninya, sedangkan ibu bapaknya mendidik jasmani. Kalau guru saya menjelaskan, ibu bapak  itu yang menurunkannya dari langit ke bumi, kemudian di didik jasmaninya, yang pada akhirnya akan kembali kepadaNya lagi menjadi tanah. sedangkan kalau seorang guru itu yang mengangkatnya dari bumi ke langit. Guru dapat mengangkat derajat seorang murid dengan ilmunya. Seorang guru mendidik rohaninya yang suatu saat nanti, roh lah yang akan hidup kekal di surga bukan jasmaninya. Maka dari itu, hendaknya seorang murid yakin bahwa kebaikan gurunya lebih besar dari kebaikannya ibu bapaknya.

2.          Bersikap tunduk ketika dihadapan gurunya.

          Seorang murid harus tunduk kepada gurunya. Maksudnya, seorang murid harus patuh apa yang diperintahkan oleh gurunya selagi itu tidak melanggar aturan. Apabila seorang murid dapat patuh kepada gurunya, pasti ia akan dicintai dan disayang oleh gurunya. Dan barang siapa ia (murid) yang patuh terhadap gurunya, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlimpah.

3.          Duduk dengan Tata Krama dan mendengarkan baik-baik ketika gurunya mengajar.

          Saat guru sedang menerangkan tentang ilmu di depan kelas, seorang murid hendaknya duduk dengan tata krama dan mendengar apa yang di ucapkan gurunya dengan baik-baik. Duduk dengan tata krama maksudnya, seorang murid harus duduk dengan benar, tidak semena-mena, seperti mengangkat kaki, atau senderan, dsb. Namun seorang murid harus duduk dengan tenang, tegap dan pandangan kearah gurunya yang sedang mengajar. Seorang murid juga harus mendengarkan setiap ucapan yang gurunya ucapkan, karena itu merupakan ilmu yang dapat diserap oleh seorang murid.

4.          Tidak bergurau atau rame.

          Apabila seorang guru sedang menerangkan ilmu didepan, hendaknya seorang murid tidak bergurau atau rame. Seorang murid tidak boleh mengobrol sendiri dengan teman lainnya, harus tenang saat gurunya mengajar atau menerangkan. Apabila seorang bergurau atau rame, dapat menggangu murid lain yang sedang mendengarkan atau memperhatikan gurunya, dan juga gurunya dapat marah karena muridnya bergurau.

5.          Tidak memuji kelebihan guru lain dihadapannya.

          Seorang murid harus bisa menjaga perasaan gurunya, yaitu salah satunya seorang murid hendaknya tidak memuji kelebihan guru lain dihadapan gurunya. Menjaga perasaan seorang guru merupakan hal yang harus dilakukan seorang murid agar gurunya tidak menjadi marah atau kecewa.

6.          Tidak malu untuk bertanya tentang apa yang belum ia mengerti.

        Apabila seorang murid merasa kurang faham apa yang dijelaskan oleh seorang gurunya, ia hendaknya bertanya kepada gurunya. Seorang murid hendaknya tidak malu untuk bertanya apabila ia kurang mengerti. Kalau seorang murid malu bertanya, maka akibatnya ia akan tidak tahu tentang apa yang guru jelaskan. Pepatah juga mengatakan “Malu bertanya, sesat dijalan”.

C.      Terhadap teman-temannya

1.        Menghormati teman-temannya dan tidak mengina seorang pun dari mereka.

Tata krama seorang murid kepada teman-temannya yaitu salah satunya ia hendaknya menghormati teman-temannya. Menghormati berarti saling rukun, menghargai apa saja yang dilakukan teman-temannya terhadap kita atau terhadap gurunya. Seorang murid juga tidak boleh menghina teman-temannya, karena hal tersebut dapat menyebabkan permusuhan.

2.       Tidak bersikap sombong.

Hendaknya seorang murid tidak bersikap sombong terhadap teman-temannya, karena sifat sombong sendiri dilarang oleh agama, dan apabila seorang murid bersikap sombong terhadap teman-temannya, maka ia akan tidak disukai oleh teman-temannya.

3.       Tidak meremehkan temannya yang belum mengerti.

Seorang murid hendaknya tidak meremehkan atau mengejek temannya yang belum mengerti akan ilmu yang dijelaskan oleh gurunya. Hal itu bertujuan untuk menjaga perasaan teman lainnya agar tidak putus asa dalam memahami ilmu. Maka yang harus dilakukan seorang murid kepada temannya tersebut ialah memberi semangat atau motivasi agar temannya tersebut terus berusaha memahami ilmu dari gurunya.

Itulah beberapa Tata Krama seorang murid menurut ilmu yang saya dapat, kurang lebihnya saya minta maaf ya guys :) Semoga bermanfaat bagi kalian semua, Terimakasih.

Alhamdulillahirabbil alamin..
Wasaalamualaikum..



CARA SUPAYA TETAP TEGAR MENGHADAPI COBAAN BERAT


Kali ini saya akan membahas tentang cara agar kita senantiasa tegar menghadapi segala cobaan berat dari Allah SWT. Untuk kawan-kawanku seiman dan seislam, selamat membaca ;)

Apakah cobaan itu ?


Cobaan ialah suatu pemberian dari Allah SWT berupa kecelakaan, sakit, bencana, dan masih banyak lagi. Cobaan dari Allah itu ada yang berupa ujian untuk manusia untuk senantiasa lebih taat kepadaNya, dan ada juga yang berupa kesengajaan dari Allah untuk manusia karena manusia tersebut sudah melanggar aturanNya. Untuk umat islam yang beriman dan bertakwa kepadaNya, harus yakin bahwa cobaan dariNya itu adalah ujian untuk agar kita senantiasa lebih menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita harus kuat dan tegar dalam menghadapi semua cobaan dariNya dan tidak boleh putus asa.


Dibawah ini adalah beberapa cara supaya kita tegar menghadapi cobaan berat dari Allah SWT :


1. Sadarlah bahwa kita tidak sendirian, ada Allah bersama kita. 

               Kita sebagai umat islam yang beriman dan bertakwa harus sadar bahwa di dunia ini kita tidak sendirian, tetapi ada Allah SWT yang selalu bersama kita. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik Allah selalu bersama kita, mengawasi kita atas setiap apa yang kita lakukan.


2. Ingatlah bahwa di balik takdir Allah pasti ada hikmah yang indah. 

              Sebagai seorang muslim yang beriman, kita harus yakin dan percaya bahwa disetiap cobaan yang menimpa kita, pasti ada hikmah dibalik itu semua. Hikmah tersebut dapat berupa kesadaran kita akan kekuasaan Allah, atau hal lain yang kita tidak ketahui karena itu semua sudah menjadi rencana Allah SWT. 

 3. Tidak ada yang dapat memberi kebaikan dan menyelamatkan dari  keburukan kecuali Allah SWT, maka janganlah menggantungkan harapan kecuali kepadaNya.


Kita harus yakin bahwa Allah ialah Dzat yang Maha Kuasa, Maha Segalanya diatas segalanya, Jadi pada saat kita tertimpa musibah, kita harus yakin bahwa yang memberi kita keselamatan hanya Allah semata, maka janganlah kita sesekali berharap kepada hal suatu apapun, melainkan harus berharap kepadaNya agar mendapatkan pertolongan.



4. Apapun yang ditakdirkan menimpa kita, ia tidak akan meleset dari kita. Dan apapun yang ditakdirkan meleset dari kita, ia tidak akan dapat menimpa kita.


Allah SWT menguji kita itu sesuai batas kemampuan kita. Artinya, Allah tidak menguji umatnya tanpa adanya ukuran kemampuan umat tersebut dalam menyelesaikannya. Sesungguhnya Allah Maha Tahu kekuatan kita dan Maha Tahu kelemahan kita.



5. Ketahuilah hakekat dunia, maka jiwa kita akan menjadi tenang.


Hakekat dunia menurut saya sendiri yaitu dunia hanyalah sebuah permainan, dimana dalam sebuah permainan pasti akan terjadi akhir. Jadi intinya, kita di dunia ini hanya sementara. Kehidupan yang kekal dan abadi yaitu di Akhirat. Apabila kita sudah tahu kalau dunia hanya sementara, kita harus memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya dengan taat beribadah kepada Allah. Setelah kita dekat dengan Allah, maka pasti jiwa kita akan tenang dalam menghadapi segala cobaan dariNya.



6. Berbaik-sangkalah kepada Sang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT.


Jangan pernah sesekali kita berburuk sangka atau Su’udzon kepada Allah, karena Allah tidak ada niat jahat sedikitpun kepada kita yang sudah taat kepadaNya namun masih diberi cobaan. Kita harus selalu berbaik sangka atau Khusnudzon kepada Allah SWT. Dia memberi kita cobaan bukan berarti Dia jahat kepada kita, melainkan hanya sebatas ujian untuk kita, sampai mana batas kesabaran kita.



7. Pilihan Allah untuk kita, itu lebih baik daripada pilihan kita untuk diri kita sendiri.


Kita harus percaya dan yakin bahwa apa pilihan dari Allah untuk kita, itu sebaik-baik pilihan disbanding pilihan kita untuk kita sendiri. Karena Allah sendiri Maha Segalanya, Maha Benar dalam menentukan pilihan untuk umat-umatnya.


8. Cobaan yang semakin berat, menunjukkan pertolongan Allah semakin dekat.


Apabila cobaan yang kita rasakan semakin berat, kita harus yakin dan percaya bahwa itu merupakan petunjuk bagi kita kalau pertolongan dariNya semakin dekat kepada kita. Karena pada sebelumnya sudah saya singgung kalau Allah akan memberi cobaan kepada kita sesuai batas mampu kita.



9. Jangan pikirkan bagaimana datangnya pertolongan Allah, karena jika Allah berkehendak, Dia akan mengaturnya dengan cara yang tidak terlintas di akal manusia.


Berkali-kali saya katakan, kalau Allah SWT ialah Dzat yang Maha Kuasa, Maha Segalanya. Saat kita tertimpa musibah atau cobaan yang berat, jangan pikirkan bagaimana datangnya pertolongan Allah, Karena jika Allah sudah berkehendak, maka Dia akan mengaturnya dengan cara yang tidak terlintas di akal manusia. Karena Allah SWT sendiri mempunyai Sifat Jaiz, yaitu Allah bisa memungkinkan segala sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Jaiz sendiri memiliki arti “Bebas”. Allah bebas melakukan apa saja yang Ia mau. Apabila Dia sudah berkehendak, maka sesuatu yang tidak mungkin sekalipun, bisa dijadikan mungkin olehNya.


10. Kita harus berdoa meminta kepada Allah, yang di tangan-Nya ada kunci-kunci kemenangan. 

               Yang terakhir ini adalah yang paling harus kita lakukan, yaitu selalu berdoa kepadaNya, meminta untuk diberi kemudahan dalam menghadapi cobaan dariNya, minta diberi kesabaran, agar setelah cobaan selesai kita dapat mengambil hikmahNya dan bisa mencapai kesuksesan dunia akhirat.


Kalau kita perhatikan, kebanyakan prinsip di atas mengaitkan kita dengan Allah ta'ala.

Karena memang manusia itu makhluk lemah, dan dia tidak akan menjadi kuat kecuali jika mendapatkan suntikan kekuatan dari luar, dan tidak ada yang mampu memberikan kekuatan seperti Allah azza wajalla.

Dari sini, kita juga bisa memahami, mengapa semakin orang dekat dengan Allah, semakin kuat pula jiwanya. dan mengapa semakin kuat akidah seseorang, semakin kuat pula kepribadiannya.


Demikian cara-cara menurut saya agar kita tetap tegar dalam menghadapi cobaan berat. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kalau ada salah kata atau kalimat yang kurang jelas. Terimakasih kepada yang sudah membaca artikel saya ini, jangan lupa tinggalkan komentar juga yah ;)


Alhamdulillah..


Assalamualaikum Wr. Wb.



Adab ketika mendengar suara Adzan

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kali ini saya akan membahas tentang adab atau perilaku seorang muslim ketika mendengar suara panggilan Allah, yaitu Adzan. Selamat membaca ;)



Apakah Adzan itu ?

Saya yakin kalian kawan-kawanku yang beragama islam tahu apa itu adzan. Kalau menurut saya, adzan ialah seruan untuk umat islam agar mereka datang ke mushola atau masjid untuk segera melaksanakan ibadah sholat. Mushola atau Masjid itu adalah singgah sana dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Jadi bisa diartikan adzan itu adalah panggilan dari Allah untuk umatNya agar mereka datang kerumahNya melakukan ibadah sholat. Jadi apabila kalian mendengar suara adzan namun tidak segera datang ke mushola atau masjid, berarti kalian melalaikan panggilan Allah SWT

Seringkali kita berlaku biasa-biasa saja pada saat adzan sedang berkumandang. Apabila kita sedang menonton TV, kita terus saja sibuk menonton TV. Kalau kita sedang ngobrol, kita teruskan saja obrolan kita. Kalau kita sedang sibuk rapat di kantor, kita teruskan saja rapat tersebut. Jika kita sedang pelatihan, kita teruskan saja acara pelatihan tersebut. Sehingga adzan berkumandang laksana ”anjing menggonggong, kafilah berlalu.” Padahal sudah barang tentu kalimat adzan tidaklah sama dengan gonggongan anjing.

Kalimat adzan adalah kalimat suci yang mengandung panggilan atau ajakan agar setiap orang yang mendengarnya segera menyambutnya. Ia mengandung ajakan agar kita segera meninggalkan segenap kesibukan duniawi kita untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Lalu sejenak menyisihkan waktu untuk menunjukkan kesetiaan dan ketaatan kepada Allah SWT. dalam bentuk mengingatNya melalui ibadah sholat.

Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjanjikan surga bagi orang yang saat adzan berkumandang mau menyisihkan perhatiannya sejenak mengikuti dengan serius lalu merespons panggilan adzan tersebut. Bukankah ini suatu hal yang sangat luar biasa.

Bayangkan, hanya dengan menyimak lalu membalas kalimat muadzin sebagaimana disunnahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam kita dijanjikan bakal memperoleh kenikmatan hakiki dalam kehidupan abadi di alam akhirat nanti. SubhaanAllah…!

Lengkapnya Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:

“Apabila muadzin mengucapkan, ‘Allahu Akbar Allahu Akbar, ’ lalu salah seorang dari kalian menjawab, ‘Allahu Akbar Allahu Akbar, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ’Asyhadu An La Ilaha Illallah, ’ dia menjawab, ’Asyhadu An La Ilaha Illallah, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ’Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, ’ dia menjawab, ’Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ’Hayya Ala ash-Sholah, ’ dia menjawab, ‘La Haula Wala Quwwata Illa Billah, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ’Hayya Ala al-Falah, ’ dia menjawab, ‘La Haula Wala Quwwata Illa Billah, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ‘Allahu Akbar Allahu Akbar, ’ dia menjawab, ‘Allahu Akbar Allahu Akbar, ’ kemudian muadzin mengucapkan, ’ La Ilaha Illallah, ’ dia menjawab, ’ La Ilaha Illallah, ’ (dan semua itu) dari hatinya; niscaya dia masuk surga.” (HR Muslim 2/328)

Bahkan lebih jauh daripada itu, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjanjikan akan memberi syafaat kepada siapapun yang sesudah adzan membaca doa yang di dalamnya mengandung permohonan agar Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam ditempatkan di al-wasilah (derajat tertinggi di surga). Beliau bersabda sebagai berikut:

“Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian memohonlah al-wasilah (kedudukan tinggi) kepada Allah untukku karena itu adalah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap aku adalah hamba tersebut, barangsiapa memohon al-wasilah untukku niscaya dia (berhak) mendapatkan syafaat.” (HR Muslim 2/327)

Demikianlah, betapa besarnya keuntungan yang dijanjikan bagi siapapun yang berkenan menyimak dan menjawab dengan sungguh-sungguh panggilan adzan saat berkumandang.

Menjawabnya kalimat demi kalimat lalu diakhiri dengan mendoakan al-wasilah bagi Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Adapun kalimat doa yang dibaca sesudah adzan adalah sebagai berikut:

 أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ

آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ  (البخاري

“Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan, ’Ya Allah Rabb panggilan yang sempurna (adzan) dan sholat wajib yang didirikan, berikanlah wasilah (derajat yang tinggi di surga) dan fadhilah (kedudukan yang mulia) kepada Nabi Muhammad, dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam yang terpuji yang Engkau janjikan kepadanya’; niscaya dia berhak meraih syafa’atku pada hari Kiamat.” (HR Bukhary 2/481)

Maka sudah barang tentu sempurnanya amalan menjawab adzan ini ialah dengan segera berwudhu lalu bergegas menuju masjid untuk sholat berjamaah. Oleh karenanya tidak patut kita berlaku biasa-biasa saja saat adzan berkumandang. Ya Allah, terimalah segenap amal sholeh dan amal ibadah kami. Aamiin.



Demikian adab atau perilaku kita sebagai umat muslim ketika mendengar suara adzan. Semoga bermanfaat bagi kalian semua yang sudah membaca artikel saya ini, Aamin..

Alhamdulillah..


Wassalamulaikum Wr. Wb.



SHOLAT IALAH TANGGA RUH


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..





Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu rukun islam, yaitu Shalat. Namun di artikel saya ini dijelaskan tentang sholat yang menjadi Tangga RUH yang merindukan Allah SWT. Penasaran?? Langsung saja dibaca kawanku semua ;)




Shalat merupakan tali pengikat ruhani yang sangat kuat antara seorang hamba dengan Penciptanya. Hubungan yang melambangkan kehinadinaan hamba di hadapan Tuhannya dan keagungan Sang Khaliq di depan hamba-Nya.

Shalat dengan gamblang menggambarkan kekecilan seorang hamba dan kebesaran Allah. Salat adalah sarana munajat mendekatkan diri kepada Allah.

Shalat adalah tangga ruh dan kalbu orang-orang yang merindu Allah..Dengan salat mereka merajut malam di mihrab-mihrab mahabbah dan syauq sambil bercengkerama penuh nikmat dengan Tuhannya yang sedang membuka tirai-tirai langit bagi orang-orang yang sedang istighfar dan munajat. Lambungnya segan berdekatan dengan kasur-kasur empuk.
Mereka berdoa pada Tuhannya dengan air linangan air mata harap dan cemas Hati mereka terasa hangat tatkala lambingan munajat mereka panjatkan di relung-relung malam yang senyap. mereka menyibak awan dan gemintang dengan alunan panjang tasbih dan tahmid kepada Tuhan. Mereka getarkan pintu-pintu langit munajat cinta yang senantiasa bergelora di titian malam yang pendek..

Shalat adalah tiang agama dan penyangga rusuk-rusuk dan organ-organ agama yang lain. Jika tiang utama hancur maka kelumpuhan akan segera terjadi pada organ-organ yang lain. Jika tiang utama ini melemah maka kehidupan agama tidak bisa diharapkan bergerak kembali. Keletihan jiwa akan merasuk kelumpuhan ruhani akan menjadi epedemi.

Shalat sangat berpengaruh pada pembentukan akhlak dan moralitas seseorang. Dia mampu menjadi imunisasi paling manjur bagi pelakunya untuk terjauhkan dari semua kekejian dan kejahatan. Dia menjadi obat paling mujarab yang menentramkan jiwa para pelakunya dan mampu mencegah pelakunya untuk tidak terjebak dalam kerakusan dan ketamakan. Dia akan mampu menjaga pelakunya untuk senantiasa bersikap rendah hati dan tawadhu’ di hadapan siapa saja. Dia akan mampu mendongkrak harga diri pelakunya di hadapan siapapun yang menyombongkan diri di hadapan Allah.

Shalat adalah munajat dan doa. Ia adalah taubat dan inabah. Ia adalah tasbih dan istighfar, tahmid dan takbir serta tahlil yang teramu dalam sebuah untaian prosesi indah menggapai nikmat pertemuan dengan Kekasih.
Shalat menjadi terminal seorang hamba dalam perjalanan hidupnya untuk sejenak bersuka-ria bertemu dengan Tuhannya, Sang Maha Diraja. Dalam shalatlah mereka merasakan kenikmatan ruhani dan jiwa yang sangat sensasional.. Bahkan ada yang mengatakan : Andaikata penduduk bumi tahu kenikmatan yang kami rasakan saat kami salat, pastilah mereka akan memenggal kepala kami dengan pedang-pedang nan tajam.
Dalam shalat, kita menyucikan-Nya, bermunajat dengan firman-firman-Nya. Kita ruku’ dan sujud pada-Nya. Kita renungi kembali asal penciptaan kita yang berasal dari tanah dan unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan tersebut, Dia melengkapi kita dengan kemauan dan kekuatan sehingga kita mampu menyucikan, menjunjung, menahan tuntutan fisik dan syahwat, meluruskan instink, menggelorakan kecenderungan menegakkan kesucian dan berusaha melawan penyimpangan-penyimpangan yang mengarah pada kekejian dan kejahatan.

Shalat merupakan sarana mendidik jiwa dan memperbaharui semangat serta sebagai penyucian akhlak. Ia adalah tali penguat pengendali diri, pelipur lara, penyejuk jiwa dan pengaman dari rasa takut dan cemas. Ia akan menghancurkan kelemahan dan akan menjadi senjata ampuh bagi mereka yang merasa terasingkan.
Shalat membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk. Dia akan menyingkirkan dunia dari hati pelakunya dan akan meletakkannya di telapak tangannya. Dia akan mencari dunia untuk dikendalikan dan bukan dunia yang mengendalikan dirinya.

Shalat adalah kebun ibadah yang di dalamnya penuh dengan segala yang menyenangkan dan menggembirakan. Ada takbir, ada ruku’, ada berdiri, ada sujud, ada duduk dan tahiyyat yang di dalamnya penuh dengan munajat. "Ia adalah cahaya yang ada di dalam hati seorang mukmin dan nur yang akan memberikan penerangan kala mereka dikumpulkan di padang mahsyar. Sebagaimana Rasulullah sabdakan : Shalat itu adalah cahaya" (HR. Muslim).
Dengan shalat kita minta pertolongan kepada Allah dengan segala kerendahan jiwa yang terekspresikan lewat ruku’ dan sujud, yang terekam dalam semarak doa dan munajat.
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk" (Al-Baqarah : 45).

Shalat akan terasa berat jika kekhusyuaan kita demikian hampa, ia akan terasa beban jika kita tidak merindukan pertemuan dengan Sanga Mahakasih. Sebaliknya salat akan terasa nikmat bagi orang-orang yang khusyu’, bagi mereka yang menjadikan salat sebagai tangga menuju pertemuan dengan Sang Khalik. Shalat yang benar akan senantiasa mampu menjadi tameng dari maksiat-maksiat yang mungkin akan menenggelamkan ruhani kita dan merubuhkan pilar keimanan kita, serta mematikan potensi keihsanan kita :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. "Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Al-Ankabuut : 45).

Barang siapa yang menjaga shalatnya, maka salat itu menjadi cahaya dan keterangan (bukti) serta penyelamat baginya di hari kiamat (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).

Meruyaknya kejahatan di tengah kita bisa saja terjadi yang berupa pemyimpangan, kekejian kekotoran-kekotoran ruhani sangat mungkin terjadi karena salat kita tidak lagi ada bobot nilai-nilai ilahiyahnya. Shalat kita hanya berupa rangka-rangka dan gerak yang hampa ruhani. Shalat kita laksana mayat yang tanpa ruh, shalat kita telah mati saat kita melakukannya.
Ironi, jika peringatan rutin peristiwa Isra' Mi'raj ya setiap tahun tidak melahirkan salat khusyu' yang mampu menggetarkan nurani dan menembus hingga ke langit. Shalat yang hampa kekhusyu'un dan hampa kerendahan hati akan melahirkan kehampaan-kehampaan baru yang tiada henti.
Maka, sudah saatnyalah kita jadikan shalat sebagai sumber cahaya yang akan menerangi perjalanan kita menuju Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan shalat jiwa kita menjadi tentram, sejuk dan segar. Karena dalam shalat aliran ketentraman dari langit terus mengalir. Tanpa henti.

Wallahu a'lam bishshawab,
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...

Sekian artikel dari saya, kalau ada salah kata saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih yang 
sudah membaca artikel saya ini ;)

Alhamdulillah..

Wassalamualaikum Wr. Wb.




MANFAAT MENGERTI ARTI BACAAN SHOLAT ..




Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..

Assalamualaikum Wr. Wb.

Shalat merupakan sarana komunikasi seorang hamba atau manusia kepada Allah subhanahuu wa ta’aalaa. Komunikasi manusia yang bersifat lemah kepada Dzat yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Komunikasi manusia yang tak lepas dari kesalahan kepada Dzat yang Maha Suci dari segala kekurangan. Dengan komunikasi tersebut memberikan keyakinan bahwa Allah Maha Pencipta, Maha Besar, Maha Pemberi, Maha Kuasa, Maha Esa, Maha Sempurna, Dialah Rabbul 'aalamin, hanya kepadaNya Tempat Bergantung. Manusia yang tidak melakukan komunikasi kepada Tuhan, secara tidak langsung meniadakan kekuasaan, kesempurnaan, keagungan bahkan keberadaanNya, yang berarti sederajat kaum yang tak beriman. Shalat akan membawa seseorang yang beriman kepada situasi kejiwaan yang khas. Situasi ini meresap kedalam dirinya sebagai suatu pengalaman akan kenyataan adanya Tuhan dan keMaha-besaranNya. Dalam keadaan yang intens pengalaman ini tiada terbatas pada hanya waktu shalat saja. Pengaruh pengalaman ini masih terasa beberapa waktu setelah shalat, namun sedikit demi sedikit intensitasnya makin menurun. Dalam situasi kejiwaan seperti ini pengalaman hidup sehari-hari dapat dihadapi dengan tenang. Kesusahan, ketakutan dan kekhawatiran direndam oleh situasi kejiwaan yang disebutkan oleh Allah subhanahuu wa ta’aalaa dalam surat al Baqarah ayat 38 artinya:"……Barangsiapa mengikuti petunjukKu, niscaya ia tiada akan takut dan tiada akan berduka cita." Dengan shalat diharapkan kepercayaan dalam hati semakin kuat, sehingga membuahkan rasa kemerdekaan dan kebebasan jiwa terhindar dari perasaan takut, susah, gelisah dan khawatir dari pengaruh kekuatan, kehebatan, kebesaran benda-benda dan makhluk-makhluk di jagat raya ini. Karena itu perasaan hati hanya tunduk kepada Kebesaran dan kehebatan Allah subhanahuu wa ta’aalaa. Supaya fungsi shalat seperti itu dapat kita capai, maka bacaan shalat yang dikerjakan harus dimengerti. Mampukah kita berkomu-nikasi dengan baik kepada Allah subhanahuu wa ta’aalaa tanpa mengerti makna bacaan shalat yang kita ucapkan? Bukankah mengerti dan memahami makna bacaan shalat sangat mempe-ngaruhi kekhusyu'an shalat seseorang. Barangkali tepatlah sitiran kalimat hikmah dibawah ini ditujukan kepada orang-orang yang tak mengerti bacaan shalat : “Banyak orang shalat namun tak ada baginya dari shalatnya kecuali hanya melihat sajadah, turun dan bangkit. Engkau melihat dia berada diatas sajadah dalam keadaan berdiri (shalat), namun hatinya tertuju pada perniagaannya dipasar" Allah subhanahuu wa ta’aalaa mengecam pada orang-orang yang shalat pada lahirnya saja, cuma gerakan kata semata dan meninggalkan makna komunikasi kepadaNya, yang menjadikan hati mereka menerawang/melantur kesana kemari. Allah subhana-huu wa ta’aalaa berfirman dalam QS Al-Ma’un 107 : 4-5 : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” Orang-orang yang mengerjakan shalat yang dinamai mushallin oleh Allah dikatakan celaka, karena mereka mengerjakan shalat, tetapi mereka melantur, menyimpang dari shalat yang sebenarnya. Seharusnya hati dan pikiran dibulatkan dan ditujukan hanya kepada Allah semata, yang mendatangkan rasa takut dan merasa akan kebesaran Allah subhanahuu wa ta’aalaa. Perhatikan juga firman Allah dalam surat An-Nisaa: 43 : .. ”Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendekati (mengerjakan) shalat sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengetahui (menyadari) apa-apa yang kalian katakan". Syeikh Muhammad Ali Ash-Shabuni rahimahullaah dalam kitabnya “Rowa’iul Bayaan” menerangkan bahwa ayat tersebut menunjukan "larangan mengerjakan shalat dalam keadaan mabuk". Udzur mabuk ini dikarenakan ketidaktahuan (ketidak-sadaran) akan apa-apa yang diucapkannya. Perkataan "sedang kamu dalam keadaan mabuk" menurut Wahab Munabbih radhiyallaahu ‘anhu, adalah mabuk dari apa saja, termasuk mabuk dunia, yang membuat hati melantur, hati lalai akan ucapan-ucapan dalam shalat. Dan perkataan "Sehingga kamu mengetahui apa yang kamu ucapkan" memberi pengertian bahwa ketika kita shalat dituntut mengetahui, memahami dan menghayati ucapan-ucapan dalam shalat. Ibnu Rajab al Hambali rahmatullah ‘alaih menulis dalam kitab “al-Khusyu’ fish shalaah” bahwa Ustman Abi ‘Aus rahmatullaah ‘alaih berkata : "Ada kabar yang sampai kepadaku, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam pernah shalat dengan bacaan nyaring, setelah selesai shalat beliau bersabda: "Apakah ada ayat yang saya tinggalkan dari surat yang saya baca ?" Para sahabat berkata : “Kami tak mengerti" Kemudian Ubay bin Ka’ab radhiyallaahu ‘anhu berkata: "Ya. benar ada, ayat ini dan ini". Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ... "Mengapa masih ada kaum yang dibacakan kitab Allah, lalu tidak mengerti ayat-ayat yang tertinggal tidak dibaca? Sebab begitulah, maka kebesaran Allah dikeluarkan dari hati-hati kaum Bani Israil, badan-badannya menyaksikan sedang hati-hatinya kosong. Allah tidak akan menerima amal hamba, sehingga hatinya dan badannya bersama-sama menyaksikan." Siti ‘Aisyah Radiyallaahu ‘anha menuturkan bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Apabila mengantuk salah seorang diantara kalian padahal dia (sedang atau akan) shalat maka hendaklah dia tidur sampai hilang kantuknya; karena sesungguhnya salah seorang diantara kalian apabila mengerjakan shalat sedang dia dalam keadaan mengantuk, dia tidak tahu barangkali dia akan minta ampun, padahal dia memaki diri sendiri.” (HR. Bukhari) Hadist ini menunjukkan larangan mengerjakan shalat dalam keadaan mengantuk. Udzur disini karena tidak mengerti atau tidak menyadari apa-apa yang diucapkannya. Ketidakmengertian orang yang mengantuk tersurat pada kalimat: ….. Dia tidak tahu barang-kali dia akan meminta ampun, padahal dia memaki dirinya sendiri. Dari sini jelaslah bahwa orang yang mengerjakan shalat harus menyadari apa yang dibacanya. Kalau tidak shalat kita hanya sebuah gerak-gerik ucapan bibir tanpa mengerti, memahami atau menghayati, padahal semua lafadz itu adalah dialog suci kita dengan Allah subhanahuu wa ta’aalaa. ... Jadi mengerti, memahami dan menghayati ucapan shalat termasuk pintu pertama menuju terciptanya komunikasi manusia dengan Allah subhanahuu wa ta’aalaa ... As Sayyid Muhammad Alwi al Maliki rahmatullaah ‘alaih dalam “Kaifa Tushallii” menulis bahwa sebagai seorang muslim yang taat tentu ingin menyempurnakan shalatnya dengan berupaya untuk mengerti dan memahami bacaan-bacaan shalat. Semua itu dengan niat untuk memenuhi ketentuan Al­lah subhanahuu wa ta’aalaa dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ungkapan berikut mungkin menyadarkan untuk segera mengerti dan memahami arti bacaan seluruh bacaan shalat yang kita baca. : "Tidak mengerti dan tidak memahami arti bacaan shalat barangkali sama dengan orang yang mengerjakan shalat dalam keadaan mabuk atau mengantuk" Dalam suatu riwayat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara tegas bersabda, bahwa shalat itu akan memperoleh hasilnya manakala kita mengerti, memahami dan menghayati apa-apa yang diucapkan di dalam shalat, karena bertindak begini berarti tidak melalaikan tugas hati dalam beribadat shalat. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ... "Tidaklah dari seorang muslim yang berwudhu maka disempurnakannya wudhunya, kemudian ia berdiri dalam shalat-nya maka dimengertinya yang diucapkannya, melainkan setelah ia selesai shalat itu adalah seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibunya (tidak berdosa)." (HR. Muslim).
Wallahu a'lam bishshawab, ..

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
Dan semoga bermanfaat bagi kalian semua yang membaca artikel ini.


Wassalamualaikum Wr. Wb.


IBADAH BAGI WANITA DI MASA HAID





Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..

Assalamualaikum Wr. Wb.

Apa saja ibadah yang dibolehkan bagi wanita di kala haidh? Ada penjelasan amat bagus dari seorang ulama besar saat ini, Syaikh Kholid Al Mushlih, murid senior Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah.

Syaikh Kholid bin ‘Abdillah Al Mushlih hafizhohullah menerangkan:
Haidh dan nifas adalah suatu ketetapan Allah bagi kaum hawa karena ada hikmah dan rahmat di balik itu semua. Para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa wanita haidh dan nifas dilarang melakukan shalat yang wajib maupun yang sunnah, serta tidak perlu mengqodho’ (mengganti) shalatnya.
Begitu pula para ulama sepakat bahwa wanita haidh dan nifas dilarang berpuasa yang wajib maupun yang sunnah selama masa haidhnya. Namun mereka wajib mengqodho’ puasanya tersebut.
Para ulama pun sepakat bahwa wanita haidh dan nifas boleh untuk berdzikir dengan bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), dan dzikir lainnya.

Adapun membaca Al Qur’an tentang bolehnya bagi wanita haidh dan nifas terdapat perselisihan pendapat. Yang tepat dalam hal ini, tidak mengapa wanita haidh dan nifas membaca Al Qur’an sebagaimana akan datang penjelasannya. Begitu pula tidak mengapa wanita haidh dan nifas melakukan amalan sholih lainnya selain yang telah kami sebutkan ditambah thowaf.

Dalam riwayat Bukhari (294) dan Muslim (1211) dari jalur ‘Abdurrahman bin Al Qosim, dari Al Qosim bin Muhammad, dari ‘Aisyah, ia berkata, “Aku pernah keluar, aku tidak ingin melakukan kecuali haji. Namun ketika itu aku mendapati haidh. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya mendatangiku sedangkan aku dalam keadaan menangis. Beliau berkata, “Apa engkau mendapati haidh?” Aku menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Ini sudah jadi ketetapan Allah bagi kaum hawa. Lakukanlah segala sesuatu sebagaimana yang dilakukan orang yang berhaji kecuali thowaf keliling Ka’bah.”
Dari sini maka hendaklah laki-laki dan perempuan bersemangat untuk melakukan berbagai kebaikan. Tidak sepantasnya melarang wanita di masa haidh dan nifasnya dari berbagai kebaikan lainnya karena ini merupakan tipu daya syaithon. Mereka hanya terlarang melakukan shalat, puasa, dan thowaf, sedangkan yang lainnya mereka boleh menyibukkan diri dengannya.

Adapun khusus untuk membaca Al Qur’an bagi wanita haidh, maka di sini terdapat perselisihan di kalangan para ulama rahimahullah. Ada tiga pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Bolehnya membaca Al Qur’an bagi wanita haidh dan nifas, asalkan tidak menyentuh mushaf Al Qur’an. Inilah pendapat dari Imam Malik, juga salah satu pendapat dari Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Pendapat ini juga dipilih oleh Imam Al Bukhari, Daud Azh Zhohiri, dan Ibnu Hazm.

Pendapat kedua: Bolehnya membaca sebagian Al Qur’an, satu atau dua ayat, bagi wanita haidh dan nifas. Ada yang menyebutkan bahwa tidak terlarang membaca Al Qur’an kurang dari satu ayat.

Pendapat ketiga: Diharamkan membaca Al Qur’ab bagi wanita haidh dan nifas walaupun hanya sebagian saja. Inilah pendapat mayoritas ulama, yakni ulama Hanafiyah, ulama Syafi’iyah, ulama Hambali dan selainnya. Imam At Tirmidzi mengatakan bahwa inilah pendapat kebanyakan ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalangan tabi’in dan ulama setelahnya.
Setiap pendapat di atas memiliki dalil pendukung masing-masing. Namun yang terkuat menurut kami adalah bolehnya membaca Al Qur’an bagi wanita haidh dan nifas.

Inilah pendapat yang lebih mendekati kebenaran. Seandainya wanita haidh terlarang membaca Al Qur’an, tentu saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya dengan penjelasan yang benar-benar gamblang, lalu tersampaikanlah pada kita dari orang-orang yang tsiqoh (terpercaya).
Jika memang benar ada pelarangan membaca Al Qur’an bagi wanita haidh dan nifas, tentu akan ada penjelasannya sebagaimana diterangkan adanya larangan shalat dan puasa bagi mereka.
Kita tidak bisa berargumen dengan dalil pelarangan hal ini karena para ulama sepakat akan kedho’ifannya. Hadits yang dikatakan bahwa para ulama sepakat mendho’ifkannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),
“Tidak boleh membaca Al Qur’an sedikit pun juga bagi wanita haidh dan orang yang junub.”
Imam Ahmad telah membicarakan hadits ini sebagaimana anaknya menanyakannya pada beliau lalu dinukil oleh Al ‘Aqili dalam Adh Dhu’afa’ (90), “Hadits ini batil. Isma’il bin ‘Iyas mengingkarinya.” Abu Hatim juga telah menyatakan hal yang sama sebagaimana dinukil oleh anaknya dalam Al ‘Ilal (1/49). Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Fatawanya (21/460), “Hadits ini adalah hadits dho’if sebagaimana kesepakatan para ulama pakar hadits.”

Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Fatawanya (26/191), “Hadits ini tidak diketahui sanadnya sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits ini sama sekali tidak disampaikan oleh Ibnu ‘Umar, tidak pula Nafi’, tidak pula dari Musa bin ‘Uqbah, yang di mana sudah sangat ma’ruf banyak hadits dinukil dari mereka.
Para wanita di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudang seringkali mengalami haidh, seandainya terlarangnya membaca Al Qur’an bagi wanita haidh/nifas sebagaimana larangan shalat dan puasa bagi mereka, maka tentu saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menerangkan hal ini pada umatnya.
Begitu pula para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahuinya dari beliau. Tentu saja hal ini akan dinukil di tengah-tengah manusia (para sahabat). Ketika tidak ada satu pun yang menukil larangan ini dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tentu saja membaca Al Qur’an bagi mereka tidak bisa dikatakan haram. Karena senyatanya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang hal ini. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak melarangnya padahal begitu sering ada kasus haidh di masa itu, maka tentu saja hal ini tidaklah diharamkan.”

Syaikhul Islam telah menjelaskan secara global tentang pembolehan membaca Al Qur’an bagi wanita haidh dengan menyebutkan kelemahan hadits yang membicarakan hal itu.
Syaikhul Islam mengatakan dalam Majmu’ Al Fatawa (21/460),
“Sudah begitu maklum bahwa wanita sudah seringkali mengalami haidh di masa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tidak ditemukan bukti beliau melarang membaca Al Qur’an kala itu.

Sebagaimana pula beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang berdzikir dan berdo’a bagi mereka. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan kepada para wanita untuk keluar saat ied, lalu bertakbir bersama kaum muslimin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan kepada wanita haidh untuk menunaikan seluruh manasik kecuali thawaf keliling ka’bah. Begitu pula wanita boleh bertalbiyah meskipun ia dalam keadaan haidh. Mereka bisa melakukan manasik di Muzdalifah dan Mina, juga boleh melakukan syi’ar lainnya.”
Fatwa 22-8-1427

Kesimpulan:
Wanita haidh dan nifas masih boleh membaca Al Qur’an namun tidak boleh menyentuhnya. Jika ingin menyentuhnya hendaknya menggunakan sarung tangan dan pembatas lainnya. Sedangkan shalat dan puasa tidak boleh dilakukan oleh wanita haidh dan nifas. Begitu pula dilarang untuk thowaf. Adapun ibadah selain itu masih dibolehkan. Maka tidak perlu khawatir untuk berdzikir dan membaca Al Qur'an (asal tidak menyentuhnya) di masa haidh.

Sekian artikel ini, semoga bermanfaat bagi kalian semua yang sudah membaca artikel ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


EmoticonEmoticon