Pancasila Benteng Nasionalisme

Pancasila Benteng Nasionalisme





Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang sudah memberikan nikmat dan karuniaNya bagi kita semua, sehingga saya masih bisa menulis serta berargumen yang semoga bermanfaat bagi kalian semua yang membaca, Aamin. Sholawat serta salam tak lupa saya panjatkan kepada junjungan kita, nabi agung, nabi Muhammad SAW. yang semoga kita mendapatkan syafa’at dari beliau di yaumul qiyamah nanti, Aamin Yarobbal Alamin.

Kali ini saya akan sedikit berargumen tentang sebuah kata yang memiliki kandungan atau kekuatan yang sangat dahsyat, makna yang sangat dalam, bagi negara Indonesia, apalagi kalau bukan Pancasila. Namun disini lebih saya spesifikan, yaitu pancasila sebagai benteng nasionalisme.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Pancasila adalah sosok penting, vital, sakral bagi negara Indonesia. Dimana pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar negara Indonesia. Seperti halnya bangunan, Pancasila adalah pondasi dari sebuah bangunan. Pondasi dalam sebuah bangunan haruslah kuat dan dibangun sedemikan baik, sehingga bangunan dapat berdiri tegak dan kokoh. Oleh karena itu Pancasila yang sudah dibentuk atau dibangun oleh para pendahulu kita, dengan penuh perjuangan, harus kita pertahankan dengan sepenuh hati dan raga kita agar tetap terjaga, sehingga keutuhan NKRI tetap terjaga sampai akhir hayat nanti.

Selain sebagai pondasi, Pancasila juga dikatakan sebagai benteng nasionalisme. Benteng adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bangunan tempat berlindung atau bertahan. Juga bisa dikatakan sebuah dinding atau tembok untuk menahan serangan. Dari pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa Pancasila sebagai benteng nasionalisme adalah pancasila sebagai sebuah bangunan tempat berlindung atau bertahan, serta bisa dianggap sebagai tembok pertahanan nasionalisme.


Seperti contoh pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama tersebut dapat mencegah masuknya organisasi masyarakat yang ingin mendirikan bahkan mengubah negara Indonesia menjadi negara Islam. Seperti yang telah terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, yaitu fenomena khilafah dan organisasi yang anti-pancasila. Kenapa saya mengatakan dapat mencegah, karena kalimat “Tuhan Yang Maha Esa” mengandung makna keberagaman agama di Indonesia dengan masing-masing Tuhan yang berbeda. Oleh karena itu, tidak bisa kalau seandainya Indonesia ingin dijadikan sebagai negara Islam. Karena akan menimbulkan perpecahan NKRI. Disinilah Pancasila berdiri kokoh sebagai tembok atau benteng untuk mencegah perpecahan tersebut, sehingga nasionalisme tetap terjaga pada diri warga negara Indonesia.

Demikian sedikit argumen saya tentang Pancasila sebagai Benteng Nasionalisme. kita sebagai warga negara Indonesia dituntut untuk menjaga serta melestarikan Pancasila agar tetap utuh NKRI kita, karena NKRI HARGA MATI. Apabila ada kalimat yang salah, saya minta maaf.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

makalah SPI kel. 1

MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
“Peradaban Islam Rasulullah periode Makkah 610-622 M”
Dosen Pengampu :Muhammad Rikza Chamami M.Pd.

 
  








Disusun oleh :
Tasbichi Iqwa                      (1603036080)
Hanun Sakinah Khairunnisa           (1603036081)
Zulfa Mazidah                      (1603036082)


Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN WALISONGO
2017



BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,  melalui perantara malaikat Jibril dengan cara bertahap. Islam adalah salah satu agama mayoritas di dunia ini. Islam dalam ajarannya  mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT atau yang bisa diartikan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah SWT.Serta mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.Keduanya disebut dengan syahadat.
Islam sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.Seiring berjalannya waktu, Islam semakin berkembang ke berbagai penjuru dunia.Salah satunya pada era Nabi Muhammad saat di Makkah. Pada saat di Makkah, Rasul menyampaikan ajaran Islam atau bisa dikatakan sebagai berdakwah dengan berbagai tahap, dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad periode Makkah terbagi menjadi dua fase yaitu dakwah sebelum kerasulan dan sesudah kerasulan.
Dalam makalah ini akan dibahas apa saja yang terjadi pada peradaban Arab sebelum datangnya Islam melalui kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama bangsa Arab sebelum Islam. Dan pembentukan sistem sosial di Makkah melalui pendidikan Islam yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW.


B.   Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang terjadi pada Peradaban Arab Sebelum Islam?
2.      Apa saja yang terjadi pada kegiatanDakwahNabi Muhammaddi  Makkah?
3.     Bagaimana dengan Pembentukan Sistem Sosial Di Makkah ?



BAB II
PEMBAHASAN
1.    Peradaban Arab Sebelum Islam

a.       Struktur Masyarakat di daerah Arab sebelum kedatangan Islam
Masyarakat Arab sebelum datangnya Islam tidak mengenal sentralisasi kekuasaan. Masing-masing kabilah memiliki pemimpin kabilah (syaikh qabilah) ,dan memiliki hakim yang bertugas mengadili sesama kabilah.
Dari aspek teritorial, jazirah arab atau semenanjung Arabia terbagi menjadi dua kawasan, yaitu Pertama, kawasan tengah berupa gurun dan bukit pasir serta pegunungan dimana penduduknya hidup secara nomaden yang mengakibatkan masyarakat Arab tidak mudah mengembangkan kebudayaannya. Kedua, kawasan pesisir yang ditempati penduduk kota yang hidup dengan berdagang dan bertani.[1]
Ditilik dari silsilah keturunan para sejarawan membagi bangsa Arab itu menjadi tiga bagian :
1.      Arab Ba’idah yaitu kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplet, seperti ‘Ad, Tsamud, Judais, Amaliq.
2.      Arab Aribah (penduduk asli) yaitu kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qathan atau disebut pula Arab Qathaniyyah.
3.      Arab Musta’ribah (pendatang) yaitu kaum Arab yang berasal dari keturunan Ismail yang disebut pula Arab Adnaniyyah.[2]

Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra Islam dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah.Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran.Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan dan masih banyak lagi pelanggaranpelanggaran yang terjadi pada masa itu.Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam.Kaum wanita dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria.Mereka belum memiliki tatanan kehidupan sebagai bangsa berperadaban, dengan alasan mengikuti nenek moyang mereka tanpa mengetahui mana yang baik dan buruk.[3]


b.      Keagamaan Bangsa Arab sebelum Islam

Agama yang telah dianut oleh bangsa Arab sejak lama yaitu agama hanif (agama samawi yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) yang dalam perkembangannya telah bercampur dengan tahayul dan penyukutuan Tuhan dengan lainnya. Mereka juga menyembah berhala, matahari, bulan, roh, hantu, jin. Kepercayaan mereka yang menyimpang dari agama Ibrahim itu disebut kepercayaan Watsaniyah.Tetapi tidak semua masyarakat Arab sebelum Islam berkeyakinan Watsaniyah, karena beberapa diantaranya ada yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.
Sementara di kawasan jazirah Arab Utara bangunan yang paling terkenal adalah Ka’bah.Ka’bah dihormati dan disucikan oleh semua kabilah yang menganut agama apapun.[4]Sebenarnya masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Allah, tetapi mereka terkontaminasi pada pemujaan berhala, sehingga mereka menjadikan berhala itu sebagai perantaranya. Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an :
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) agar mereka (berhala-berhala itu) mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Menurut riwayat Ibnu Khalbi dalam kitab al-Ashnam, perubahan kepercayaan itu terjadi kaena adat bangsa Arab untuk membawa batu yang diambil dari sekeliling Ka’bah bila mereka meninggalkan kota Makkah, mereka memujanya sebagaimana mereka melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah.[5]

c.       Kebudayaan Bangsa Arab sebelum Islam

Perang adalah jalan yang paling mudah bagi kabilah-kabilah bila timbul perselisihan yang tidak mudah diselesaikan dengan cara terhormat. Peristiwa perang antar kabilah Arab itu diabadikan dalam banyak gubahan syair atau puisi dengan maksud untuk membangga-banggakan kabilah satu terhadap kabilah lain. Bangsa Arab adalah bangsa pecinta syair, syair-syair dan prosa tersebut pada awal Islam dihimpun secara tertulis pada abad II H/VIII M. dengan syair dapat meninggikan derajat seseorangnya yang tadinya huba atau sebaliknya menghina orang yang tadinya mulia.
Bentuk tradisi Arab pra Islam yang mengandung informasi sejarah lainnya adalah al-Ansab (jamak dari nasab : silsilah/geneology). Pengetahuan tentang nasab dianggap penting, setiap kabilah hafal akan silsilahnya agar dapat dibanggakan terhadap kabilah-kabilah lain.[6]
Makkah muncul sebagai pusat kota karena lokasi yang berada di sepanjang rute perdagangan yang membentang dari Arabia Selatan sampai Utara yang menjadi lalu lintas perdagangan. Di Makkah ini juga terdapat Ka’bah sebagai pusat peribadatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peradaban bangsa Arab pra Islam sangat tinggi dan telah mengalami kemajuan pesat diberbagai bidang.Namun sayangnya pada saat itu masih dikatakan jahiliyah. Hal itu didasarkan karena pada saat itu terdapat kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:
1. Kebiasaan membunuh anak perempuan karena beberapa alasan yaitu takut lapar, malu, dan fisik perempuan yang lebih lemah daripada laki-laki; yang dimana menurut mereka akan mengurangi pengaruh kabilahnya dalam percaturan dunia, penghambat pembangunan dan semua itu adalah aib bagi mereka maka harus ditutupi dan kalau perlu dibuang.
2. Kebiasaan berperang yang dapat membangun watak yang mudah curiga dan ambisius yang dimana jika dipertahankan persatuan bangsa Arab akan sulit tercapai.
3. Kebiasaan menyembah sesuatu buatan mereka sendiri seperti patung atau menyembah matahari dan benda lainnya yang mempunyai kelebihan.[7]


d.      Kehidupan sosial di Jazirah Arab

 Bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas dan perasaan kesukuan yang tinggi, hal ini disebabkan karena di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan. Hanya kabilah atau suku itulah yang berkewajiban melindungi warganya dan melindungi orang-orang yang menggabungkan diri atau meminta perlindungan kepadanya dengan mengikat warganya dengan ikatan darah (keturunan) atau ikatan kesukuan, dapat diketahui dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di Yaman diantaranya yang terpenting adalah kerajaan Qutban, Saba’ dan Himyar. Sumber kekayaan mereka berasal dari perniagaan , dan bentuk pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut adalah monarki yang demokratis.[8]

e.       Kehidupan politik bangsa Arab sebelum Islam

Di masa jahiliyah menjelang kedatangan Islam pada dasarnya terpecah belah , tidak ada kepemimpinan sentral dan tidak ada persatuan. Kepemimpinan politik saat itu didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain.[9]
Keadaan politik yang terjadi di wilayah sekitar semenanjung Arabia pra Islam adalahadanya kekuasaan dua imperium/kerajaan yakni pertama Imperium Romawi Timur di sebelah Baratdengan ibu kotanya Bizantine (kemudian  berubah nama menjadi Konstantinopel) dan yang kedua imperium Persia di sebelah Timur.   Romawi Timur mempunyai wilayah yang sangat luas meliputi Syria, Palestina, Mesir, Turki , Afrika, Asia dan sebagian kecil Eropa. Sistem pemerintahan yang dianut oleh imperium Romawi adalah monarkhi absolute yang berkedok Republik. Sementara itu di sebelah Timur Jazirah Arab ada imperium Persia  (Sasania) mulai dikenal pada 226 M dengan Kaisar Ardhesir sebagai pendirinya.
Hubungan antara imperium Romawi dengan imperium Persia adalah hubungan rivalitas dimana peperangan tidak bisa dihindarkan sehingga rakyat dari kedua imperium ini mengalami penderitaan yang berkepanjangan.[10]
Sementara itu untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu pemerintah yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza’fah dan akhirnya ke suku Quraisy dibawah pimpinan Qushai.Suku Quraisy yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka’bah.Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab.[11]

f.       Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab

Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab dapatdiketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy.Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat.  Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi , perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah tangan ke penduduk Makkah. Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama dan sumber yang terpenting bagi penghidupan mereka.[12]



2.      Dakwah Makkah Nabi Muhammad
Nabi Muhammad mulai berdakwah di Makkah, sebagai pusat peradaban bangsa Arab sebelum Islam.Keadaan semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama Islam di Jazirah Arab.  Islam yang didakwahkan oleh Rasululllah diharapkan akan membawa pada perubahan peradaban bagi bangsa Arab, sehingga Islam akan menerangi peradaban jahiliyah yang berada dalam kegelapan.[13]
Pada bagian ini membahas mengenai upaya Nabi Muhammad dalam berdakwah menyiarkan ajaran Islam di Makkah dalam  kegiatan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan dan dakwah beliau sesudah diangkat menjadi Rasul dan mendapat perintah berdakwah secara terbuka di kota Makkah.

Dakwah Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada hari Senin 20 April 571 M/ 12 Rabiul Awal Tahun Gajah  dari keturunan bangsawan kabilah Quraisy. Nabi Muhammad diasuhkan kepada perempuan desa yang bernama Halimah Sa’diyah .Setelah kurang lebih empat tahun dalam asuhannya, Muhammad dikembalikan kepada ibunya. Selama dua tahun bersama ibunya, pada usia enam tahun Muhammad sudah kehilangan kedua orangtua. Akhirnya beliau diasuh Ummu Aiman beberapa waktu lalu pada kakeknya Abdul Muthalib tak lebih dari dua tahun. Setelah kakek wafat Muhammad turut dalam keluarga pamannya, Abu Thalib hingga usia remaja.
Karena keadaanya yang miskin, Muhammad kecil berlatih untuk bekerja mengembalakan biri-biri dan unta di bukit. Di usia kedua belas tahun ia ikut pamannya berdagang ke Syria. Di usia 25 tahun beliau membawa dagangan milik pedagang kaya raya bernama Khadijah binti Khuwalid yang berusia 40 tahun ke Syria.
Kepandaiannya berdagang dan akhlaknya yang bagus menjadikan beliau dikenal sebagai orang yang terpercaya. Menjelang penerimaan misi rasul (bi’tsah) di usia 25 tahun Muhammad menikah dengan Khadijah. Perkawinanya dengan Khadijah banyak membawa manfaat untuk pengembangan dakwah.[14]

Dakwah Nabi Muhammad sesudah masa kerasulan
Keadaan masyarakat Arab Jahiliyah yang kafir dan musyrik telah membuat Muhammad ketika memasuki usia 40 tahun dihantui rasa keprihatinan. Beliau senantiasa mencari jawaban yang tepat untuk mengeluarkan masyarakat dari kejahiliyan. Beliau berkhalwat di gua Hira pada Jabal Nur, yang terletak sekitar 6 km disebelah timur laut kota Makkah. Di tempat itu beliau mendapatkan jawaban dari Allah melalui malaikat Jibril dengan turunnya wahyu yang pertama Surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan Muhammad untuk membaca dengan atas nama Allah. Selang waktu kemudian beliau menerima perintah untuk mendakwahkan agama Allah kepada semua manusia dimulai dari keluarga dan masyarakat terdekat.[15]
Selang beberapa waktu Rasulullah menerima wahyu kedua yaitu surah al-Muddatsir ayat 1-7.Setelah menerima wahyu yang kedua, Rasulullah mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi kepada sanak keluarganya.Dalam dakwahnya ini beberapa orang langsung menerima Islam. Mereka adalah isteri beliau yakni Siti Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali Thalib, sahabat beliau Abu Bakar, kemudian Zaid bin Harits dan juga Ummu Aiman, mereka adalah orang-orang pertama yang masuk Islam.[16]
Setelah Rasulullah menjalani aktivitas dakwah secara sembunyi-sembunyi selama beberapa waktu lamanya kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan agar beliau melakukan dakwah secara terang-terangan atau terbuka, yakni surah Al-Hijr ayat94 yang berbunyi : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.Kemudian Rasulullah dengan keyakinan yang mantap menyeru dan berdakwah kepada masyarakat umum secara terang-terangan yang meliputi seluruhlapisan dan golongan baik bangsawan maupun hamba sahaya.
Di dalam melakukan dakwahnya di Makkah Rasulullah memfokuskan pada dua bidang yang dijadikan sasaran yakni : pertama, pendidikan tauhid yang merupakan fondasi paling dasar, karena pada saat itu masyarakat jahiliyah di Makkah sudah terlalu jauh menyimpang dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Kedua, Rasulullah mengajarkan Al Qur’an kepada umatnya secara utuh dan sempurna agar menjadi pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang zaman.[17]
Dakwah Rasulullah tidak berhenti sampai disitu saja. Suatu hari ia melakukan dakwah secara terang-terangan dengan cara menaiki Gunung Shafa. Beliau memanggil penduduk Makkah dan dikumpulkannya menjadi satu.Rasulullah SAW berkata kepada mereka bahwa Makkah sudah dikepung oleh sebuah pasukan yang sangat besar dan dari seluruh penjuru. Mendengar penuturan Rasulullah SAW , penduduk Makkah cemas dan berbohong ketika berbicara.
Abu Lahab merupakan salah satu orang yang mendengar seruan Rasulullah SAW ke Gunung Shafa. Namun Abu Lahab marah mendengar ungkapan dan dakwah Rasulullah SAW hingga ia mengatakan seraya jarinya menunjuk ke Rasulullaj SAW. “Celakalah engkau wahai Muhammad.Apakah hanya karena ini engkau mengumpulkan kami?”Abu Lahab sangat yakin akan kebenaran ajaran yang dibawa keponakannya itu, karena ia mengenal watak Rasulullah yang tidak pernah berbohong. Namun, karena keegoisannya, ia pun lebih memilih sesuatu yang terbaik menurutnya sendiri. [18]

Karena Allah SWT tidak ingin ada orang yang mencaci dan mencela kekasihnya, Allah menurunkan surat balasan dari tindakan yang dilakukan oleh Abu Lahab, yaitu QS Al-Lahab: 1-3
تَبَّتْيَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبْ (١) مَا اَغْنَي عَنْهُ لُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَي نَا رًا ذَا تَ لَهَبٍ (٣)

“Binasahlah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk dalam api yang bergejolak. (QS Al-Lahab [111]:1-3)



3.  Pembentukan Sistem Sosial Di Makkah
Dalam membentuk sistem sosial di Makkah pada saat itu Rasulullah melakukan  pembinaan umat di Makkah, ada dua bidang pokok yang beliau ajarkan yaitu :
o    Pendidikan tauhid
Intisari pendidikan Islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid, karena tauhid merupakan pondasi paling dasar dalam kehidupan. Terlebih lagi karena pada saat itu masyarakat  jahiliyah sudah banyak yang menyimpang dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.
Pokok-pokok ajaran tauhid ini sebagaimana tercermin dalam surat Al-Fatihah, yaitu sebagai berikut :
·         Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya.
·         Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan dan bimbingan bagi makhluk-Nya agar mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
·         Bahwa Allah raja hari kemudian yang akan memperhitungkan segala amal perbuatan manusia di dunia ini.
·         Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya.
·         Bahwa Allah adalah penolong sebenarnya dan oleh karena itu hanya kepada-Nya lah manusia meminta pertolongan.[19]



Menurut Muhammad Yunus dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam masa Makkah ini meliputi :
a. Pendidikan keagaman yang menitik-tekankan pada pendidikan tauhid. Hendaklah membaca nama dengan nama Allah semata-mata, jangan mempersekutukan dengan yang lain.
b. Pendidikan akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti. Nabi selalu mengajarkan sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d.   Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan, dan  tempat kediaman.[20]

o    Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada umatnya agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya menjadi warisan secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslim sepanjang zaman.

Rasulullah bersabda: “Aku tinggalkan dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.” Semua yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah berdasakan Al-Qur’an.Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits, bahwa akhlak Rasul adalah ajaran Al-Qur’an.Apa yang dicontohkan oleh Rasul adalah cermin isi Al-Qur’an. Sehingga jika umat Islam berpegangteguh kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi, maka mereka tidak akan tersesat.[21]





BAB III
PENUTUP

v  Kesimpulan
Peradaban Arab sebelum datangnya Islam melalui dapat dilihat melaui kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama bangsa Arab.Dimana dalam berbagai aspek tersebut telah terlihat bahwa bangsa Arab pada saat itu ketika Islam belum masuk pada daerah tersebut sudah maju dan berkembang.Begitu pula dengan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bentuk saat sebelum beliau memasuki masa kerasulan dan sesudah memasuki masa kerasulan.Dan pembentukan sistem sosial di Makkah melalui pendidikan Islam yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW.


v  Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan.Maka dari itu kami sangat memohon pemahaman atas kekurangan ini.Dan agar segera berusaha memperbaiki kesalahan yang terdapat pada makalah ini, sehingga petunjuk untuk perbaikan sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah yang lebih baik selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA


Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015.
Hatta, Ahmad, The Great Story of Muhammad SAW, cet.ke-4, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2014.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islan, Pustaka Riki Putra, Semarang, 2009.
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, CV Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015.
Khalid  ‘Amr,  Jejak Rasul, A Plus Books, Yogyakarta, 2009.

Mubasyaroh. 2015Karakteristik Dan Strategi Dakwah  Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode Makkah, vol.3 , http://journal.stainkudus.ac.id , [20 maret 2017]



[1]Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, CV Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015, hlm.1-3
[2]Ahmad Hatta, The Great Story of Muhammad SAW, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2014, hal.16
[3]Mubasyaroh, Karakteristik Dan Strategi Dakwah  Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode Makkah. Jurnal  STAIN Kudus. 2015
[4]Ismawati,  op. cit, hlm.5-8
[5]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islan, Pustaka Riki Putra, Semarang, 2009, hlm.17
[6]Ibid, hlm.19-20
[7] Fatah Syukur, op. cit, hlm. 20-21
[8]Ibid, hlm.24
[9]Muslih, Sejarah Peradaban Islam, CV Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015 hlm.41
[10]Ibid, hlm.39-40
[11]Fatah Syukur, op. cit, hlm.24
[12]Ibid, hlm.25
[13]Mubasyaroh, Karakteristik Dan Strategi Dakwah  Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode Makkah. Jurnal  STAIN Kudus. 2015
[14]Muslih, op, cit. hlm. 45-48
[15]Ibid, hlm. 49
[16]Ibid, hlm. 50
[17]Muslih, op. cit, hlm.51-52
[18] ‘Amr Khalid,  Jejak Rasul, A Plus Books, Yogyakarta, 2009. Hlm. 140-142
[19]Fatah Syukur,op. cit, hlm.33
[20]Ibid, hlm.33
[21]Ibid, hlm.34

40 KEUTAMAAN SHOLAT

40 KEUTAMAAN SHOLAT   Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Assalamualaikum Wr. Wb. Sesungguhnya shalat adalah sesuatu kekayaan yang sa...